Minggu, 12 Mei 2013

Make it Changes



“Seimbangkan Prestasi Akademik dan Organisasi”
Oleh : Andi Irfhana Ardhi
Part #12

M
embuka wacana tentang Mahasiswa merupakan hal yang cukup luas untuk diperbincangkan. Terkadang kita bangga dengan sebutan makna tersebut, dan mungkin bukan hanya kita yang merasa bangga dengan status sebagai Mahasiswa, bisa jadi orang-orang yang ada di sekeliling kita pun merasa bangga dengan identitas diri kita sebagai Mahasiswa. Hal inilah yang akan menjadi sorotan utama didalam masyarakat. Perbedaan identitas (identity difference) pendidikan mulai menjadi figur utama di dalam kehidupan sosial. Suatu kesempatan yang cukup luar bisa untuk bisa kita “nikmati”. Liihat saja disekeliling kehidupan kita, masih banyak saudara-saudara kita yang belum mampu mengecap pendidikan tinggi seperti kita, entah faktor ekonomi yang menghambatnya, rasa malas untuk melanjutkan studi, mungkin karir yang sudah mapan sebagai topangan hidup, atau bisa jadi pilihan untuk berkeluarga lah satu-satunya jalan untuk mencapai kebahagiaan hidup.

            Lalu bagaimana dengan kita yang sudah memiliki identitas kebanggan ini yakni sebagai “Mahasiswa” ??? apakah kita sudah memberikan kebanggaan ini kepada orang tua kita, masyarakat atau untuk Bangsa ??? dan apakah kita sudah pantas mendapat gelar “semu” dari makna Mahasiswa itu sendiri ??? atau kita sudah mencoreng nama kita sendiri, orang tua, masyrakat, almamater, sampai dengan Bangsa kita ??? mari kita renungkan bersama-sama apa yang sudah kita berikan untuk semuanya…

                  Idealnya, mahasiswa harus kuliah maksimal 4 tahun 8 semester, lulus dengan indeks prestasi  (IP) yang cukup luar biasa dan selalu di idam-idamkan oleh semua akademisi (Mahasiswa) yakni 4.00. Setelah mendapatkan indeks prestasi  (IP) yang sangat luar biasa, apakah kita akan terus-menerus merasa bangga dengan apa yang sudah didapatkan ??? apakah kita pergi kemanapun akan membawa angka 4.00 itu ??? Tentu tidak ..!!! kecapakan dalam berinteraksi sosial merupakan hal terpenting dalam tatanan dinamika kehidupan sosial. Soft Skill akan menentukan hasil dari Hard Skill yang sudah kita miliki dalam kehidupan sosial masyarakat. Masyarakat tidak peduli seberapa tinggi prestasi akademik yang kita miliki, akan tetapi masyarakat akan menilai seberapa tinggi prestasi dalam bergabung dengan kehidupan sosial di masyarakatnya nanti.

                  Berbahagialah kita yang sudah “menceburkan diri” semasa hidupnya dalam rutinitas kegiatan Intra-Ekstra didalam maupun diluar kampus. Tugas kita hanyalah satu, yaitu bagaimana kita harus mampu menyeimbangkan kegiatan akademik dengan kegiatan Organisasi. Kita tidak hanya dituntut untuk berprestasi di bidang akademik tetapi juga dituntut untuk berprestasi dalam bidang soft skill yakni organisasi yang tidak kita dapatkan dalam bangku perkuliahan, seperti kemampuan untuk memimpin, menggelar acara, berdiskusi, mengatasi masalah (problem solving), menjadi pengdengar yang baik, insan solutivisme, menjalankan fungsi dan peran dalam organisasi, dan masih banyak lainnya yang mampu mengembangkan diri kita di luar bangku perkuliahan dan bersama-sama hidup dalam tatanan “kebebasan” untuk membangun sebuah prinsip hidup.
                  Bukti nyata secara faktual, kebanyakan mahasiswa menjalani kehidupan yang statis, jarang diantara kita tertarik menghadapi tantangan kehidupan kerena sudah terlalu nyaman dengan statusnya. Status mahasiswa yang hanya mementingkan prestasi akademik kelak hanya menjadi seorang pekerja saja, tetapi banyak juga mahasiswa yang mengedepankan kegiatan aktifitas-aktifitas organisasi bisa dipastikan prestasi akademiknya akan terbengkalai. Benar atau tidak pernyataan ini, kita masih bisa melihat dan kita masih mendengar akan hal ini.

                  Guyonan konyol yang kerap dilontarkan dalam canda-tawa mahasiswa ternyata mahasiswa selain mendapatkan gelar yang cukup tinggi dalam ruang lingkup pendidikan, aktifitas-aktifitas mahasiswa juga mendapat sebutan yang konyol, seperti Mahasiswa Kura-Kura (Kuliah Rapat-Kuliah Rapat), Mahasiswa Kupu-Kupu (Kuliah Pulang- Kuliah Pulang) dan Mahasiswa 3K (Kost, Kampus, dan Kantin). Lucu memang sebutan itu, tetapi dibalik sebutan konyol itu seharusnya kita mampu “mengaca” akan posisi kita dari sebutan konyol itu. Apakah kita Mahasiswa Kura-Kura, Mahasiswa Kupu-Kupu  atau lebih tragisnya lagi Mahasiswa 3K yang kegiatannya cuma datang ke kampus nunggu dosen, kekantin gosip sana-sini, pulang lalu hang out bareng teman-teman (mau jadi apa kita ini).

                  Menyadari hal tersebut, kita perlu menyadari betapa pentingnya sebuah organisasi untuk membangun serta mengaktualisasikan diri kita untuk menghadapi sebuah tantangan dalam masyarakat kelak. Dengan organisasi, kita akan mendapatkan segala-galanya sesuatu yang tidak bisa kita dapat di dalam bangku perkuliahan. Mulai saat inilah, bagi kita (mahasiswa) untuk menyalurkan energinya kedalam kegiatan positif. Dengan berbagai macam organisasi, kita akan menemukan orang-orang yang berbeda, dengan berbagai bentuk interaksi perilaku, dan kita juga akan menemukan berbagai macam kendala, hambatan dan tantangan yang akan membuat kita semakin dewasa dan kaya akan pengalaman. Dengan Organisasi, kita membangun sebuah keluarga baru dan dengan organisasi mampu mengatasi semua hambatan, tantangan, masalah yang kian datang menghampiri kita.

                  Untuk menyeimbangakan keduanya antara akdemik dan organisasi, perlu adanya sebuah kesungguhan dan tekad yang kuat selain juga membuat skala prioritas hingga bisa meminimalisir kegiatan yang bersifat buang-buang waktu. Bisa berprestasi di bidang akademik dan organisasi merupakan bukan sesuatu hal yang tidak mungkin, semua itu bisa dan mungkin saja terjadi. Ingat pepatah dalam sebuah film karya anak Indonesia “Negeri 5 Menara (Man Jadda, Wa Jadda)”, tinggal kita sendiri yang mampu untuk mengimplementasikannya.

_____________Selamat Berkarya_____________
Fastabiqul Khoirot (Berlomba-lombalah dalam Kebaikkan)
                       


1 komentar: