“Seimbangkan Prestasi Akademik dan
Organisasi”
Oleh : Andi
Irfhana Ardhi
Part #12
M
|
embuka wacana
tentang Mahasiswa merupakan hal yang cukup luas untuk diperbincangkan.
Terkadang kita bangga dengan sebutan makna tersebut, dan mungkin bukan hanya
kita yang merasa bangga dengan status sebagai Mahasiswa, bisa jadi orang-orang
yang ada di sekeliling kita pun merasa bangga dengan identitas diri kita
sebagai Mahasiswa. Hal inilah yang akan menjadi sorotan utama didalam
masyarakat. Perbedaan identitas (identity
difference) pendidikan mulai menjadi figur
utama di dalam kehidupan sosial. Suatu kesempatan yang cukup luar bisa untuk
bisa kita “nikmati”. Liihat saja
disekeliling kehidupan kita, masih banyak saudara-saudara kita yang belum mampu
mengecap pendidikan tinggi seperti kita, entah faktor ekonomi yang
menghambatnya, rasa malas untuk melanjutkan studi, mungkin karir yang sudah
mapan sebagai topangan hidup, atau bisa jadi pilihan untuk berkeluarga lah
satu-satunya jalan untuk mencapai kebahagiaan hidup.
Lalu bagaimana dengan kita yang
sudah memiliki identitas kebanggan ini yakni sebagai “Mahasiswa” ??? apakah kita sudah memberikan kebanggaan ini kepada
orang tua kita, masyarakat atau untuk Bangsa ??? dan apakah kita sudah pantas
mendapat gelar “semu” dari makna
Mahasiswa itu sendiri ??? atau kita sudah mencoreng nama kita sendiri, orang
tua, masyrakat, almamater, sampai dengan Bangsa kita ??? mari kita renungkan bersama-sama apa yang sudah kita berikan untuk
semuanya…
Idealnya,
mahasiswa harus
kuliah maksimal 4 tahun 8 semester, lulus dengan indeks prestasi (IP) yang cukup luar biasa dan selalu di
idam-idamkan oleh semua akademisi (Mahasiswa)
yakni 4.00. Setelah mendapatkan indeks prestasi
(IP) yang sangat luar biasa, apakah kita akan terus-menerus merasa
bangga dengan apa yang sudah didapatkan ??? apakah kita pergi kemanapun akan
membawa angka 4.00 itu ??? Tentu tidak
..!!! kecapakan dalam berinteraksi sosial merupakan hal terpenting dalam
tatanan dinamika kehidupan sosial. Soft
Skill akan menentukan hasil dari Hard
Skill yang sudah kita miliki dalam kehidupan sosial masyarakat. Masyarakat
tidak peduli seberapa tinggi prestasi akademik yang kita miliki, akan tetapi
masyarakat akan menilai seberapa tinggi prestasi dalam bergabung dengan
kehidupan sosial di masyarakatnya nanti.
Berbahagialah kita
yang sudah “menceburkan diri” semasa
hidupnya dalam rutinitas kegiatan Intra-Ekstra didalam maupun diluar kampus.
Tugas kita hanyalah satu, yaitu bagaimana kita harus mampu menyeimbangkan kegiatan
akademik dengan kegiatan Organisasi. Kita tidak hanya dituntut untuk
berprestasi di bidang akademik tetapi juga dituntut untuk berprestasi dalam
bidang soft skill yakni organisasi
yang tidak kita dapatkan dalam bangku perkuliahan, seperti kemampuan untuk
memimpin, menggelar acara, berdiskusi, mengatasi masalah (problem solving), menjadi pengdengar yang baik, insan solutivisme,
menjalankan fungsi dan peran dalam organisasi, dan masih banyak lainnya yang
mampu mengembangkan diri kita di luar bangku perkuliahan dan bersama-sama hidup
dalam tatanan “kebebasan” untuk
membangun sebuah prinsip hidup.
Bukti nyata secara
faktual, kebanyakan mahasiswa menjalani kehidupan yang statis, jarang diantara
kita tertarik menghadapi tantangan kehidupan kerena sudah terlalu nyaman dengan
statusnya. Status mahasiswa yang hanya mementingkan prestasi akademik kelak
hanya menjadi seorang pekerja saja, tetapi banyak juga mahasiswa yang
mengedepankan kegiatan aktifitas-aktifitas organisasi bisa dipastikan prestasi
akademiknya akan terbengkalai. Benar atau tidak pernyataan ini, kita masih bisa
melihat dan kita masih mendengar akan hal ini.
Guyonan konyol yang
kerap dilontarkan dalam canda-tawa mahasiswa ternyata mahasiswa selain
mendapatkan gelar yang cukup tinggi dalam ruang lingkup pendidikan,
aktifitas-aktifitas mahasiswa juga mendapat sebutan yang konyol, seperti
Mahasiswa Kura-Kura (Kuliah Rapat-Kuliah Rapat), Mahasiswa Kupu-Kupu (Kuliah
Pulang- Kuliah Pulang) dan Mahasiswa 3K (Kost, Kampus, dan Kantin). Lucu memang
sebutan itu, tetapi dibalik sebutan konyol itu seharusnya kita mampu “mengaca” akan posisi kita dari sebutan
konyol itu. Apakah kita Mahasiswa Kura-Kura, Mahasiswa Kupu-Kupu atau lebih tragisnya lagi Mahasiswa 3K yang
kegiatannya cuma datang ke kampus nunggu dosen, kekantin gosip sana-sini,
pulang lalu hang out bareng
teman-teman (mau jadi apa kita ini).
Menyadari hal
tersebut, kita perlu menyadari betapa pentingnya sebuah organisasi untuk
membangun serta mengaktualisasikan diri kita untuk menghadapi sebuah tantangan
dalam masyarakat kelak. Dengan organisasi, kita akan mendapatkan segala-galanya
sesuatu yang tidak bisa kita dapat di dalam bangku perkuliahan. Mulai saat
inilah, bagi kita (mahasiswa) untuk menyalurkan energinya kedalam kegiatan
positif. Dengan berbagai macam organisasi, kita akan menemukan orang-orang yang
berbeda, dengan berbagai bentuk interaksi perilaku, dan kita juga akan
menemukan berbagai macam kendala, hambatan dan tantangan yang akan membuat kita
semakin dewasa dan kaya akan pengalaman. Dengan Organisasi, kita membangun
sebuah keluarga baru dan dengan organisasi mampu mengatasi semua hambatan,
tantangan, masalah yang kian datang menghampiri kita.
Untuk
menyeimbangakan keduanya antara akdemik dan organisasi, perlu adanya sebuah
kesungguhan dan tekad yang kuat selain juga membuat skala prioritas hingga bisa
meminimalisir kegiatan yang bersifat buang-buang waktu. Bisa berprestasi di
bidang akademik dan organisasi merupakan bukan sesuatu hal yang tidak mungkin,
semua itu bisa dan mungkin saja terjadi. Ingat pepatah dalam sebuah film karya
anak Indonesia “Negeri 5 Menara (Man
Jadda, Wa Jadda)”, tinggal kita sendiri yang mampu untuk
mengimplementasikannya.
_____________Selamat
Berkarya_____________
Fastabiqul
Khoirot (Berlomba-lombalah dalam Kebaikkan)
klo like,kasih jempol ya :-D
BalasHapus