Nasi Goreng dan Organisasi
Andi Irfhana Ardhi Part # 3
Nasi
goreng adalah makan asli Indonesia terfavorit kedua di dunia setelah
rendang dari Indonesia dan sebelum Sushi dari Jepang, Tom yum goong dari
Thailand, Pad Thai dari Thailand, Dim sum dari Hongkong, Ramen dari
Jepang, Peking Duck dari China, Papaya Salad dari Thailand, dan Massaman
Curry dari Thailand. Kenapa ujug-ujug aku ngebahas nasi goreng? Hm...
karena saat ini aku sedang makan nasi goreng berdua bersama kekasihku. He...
Namun
yang paling menjadi perhatianku tentang nasi goreng adalah ia ada tidak
berdiri sendiri tapi dibangun dari berbagai unsur makanan dan bumbunya.
Ada nasi, ada garam, ada kecap, bawang merah, bawang putih, telur,
daging, saus, mentimun, tomat, seladah, kerupuk, dsb.. Inilah yang
menjadi perhatianku kenapa menulis tentang nasi goreng. Kelezatan nasi
goreng adalah hasil dari kerjasama berberapa unsur tersebut. Itu dia keyword-nya
Dalam
kehidupan sehari-hari kita tidak bisa hidup sendiri. Sebagai makhluk
sosial, sebagai makhluk yang berada di zoon politikon, manusia memiliki
ketergantungan kepada yang lain. Misalnya ketika merumuskan dan
merealisasikan sebuah kegiatan organisasi, sangatlah sulit kalau
masing-masing staf atau panitia berkerja sendiri-sendiri. Kemudahan dan
kelancaran penyelenggaraannya salah satunya ditentukan oleh kerjasama
yang apik antara semua unsur. Saling membantu, saling menyokong, saling
memberikan masukan, dan saling melalkukan evaluasi merupakan bentuk
kerjasama yang bisa mempermudah dan memperlancar agenda.
Secara global ada triple aksi yang bisa diupayakan oleh kita untuk mewujudkan program dalam sebuah organisasi yaitu planning, proccess dan evaluation.
Maka, bekerjasamalah dalam membuat planning yang matang dan mantap.
Gagal dalam merencakan sama saja dengan merencanakan gagal. Kemudian
dalam mengeksekusi kegiatan juga mesti bekerjasama secara baik. Semua
staf atau panitia berperan aktif menjalankan tugasnya masing-masing.
Akan terlihat indah jika semua mengaplikasikan “sama-sama kerja dan
bekerjasama”. Selanjutnya adalah bekerjasama dalam mengevaluasi
kegiatan. Setelah kegiatan berakhir jangan sampai seluruh staf bubar
begitu saja. Baiknya, beberapa saat setelah berakhirnya kegiatan atau
pada waktu lain yang disepakati, lakukan evaluasi bersama-sama. Ini
penting sebagai bekal dan pelajaran untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya.
Sebagaimana
arti asal organisasi itu sendiri, memperankan tugas dan amanah yang
diembankan merupakan sikap terbaik. Banyak di antara pelaku oraganisasi
alias organisator yang kurang bertanggungjawab dalam menjalankan
organisasi. Ia lari dari masalah. Lebih mementingkan diri ketimbang
amanah umat. Staf seperti inilah yang menjadi parasut organisasi yang
pada akhirnya memperburuk citra organisasi di mata masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar