Senin, 09 Januari 2012

Sebuah Catatan Kecil Tentang Kepemimpinan...


Sebuah Catatan Kecil Tentang Kepemimpinan...

DEFINISI KEPEMIMPINAN



  1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk  mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
  2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).
  3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).
  4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.
  5. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).
John C. Maxwell mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.
MISI
TIM
INDIVIDU

* “Priorotas tertinggi adalah MISI. Individu yang terakhir”

PENGERTIAN  PEMIMPIN


Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara, Page 23).


SEORANG PEMIMPIN ITU...


  1. Berani Berubah
Keberanian untuk berubah bagi sebagian orang sangatlah sulit, tapi itu mungkin. Hanya sekedar keberanian, belum pada taraf berubah. Ketika keberanian itu tidak ada, maka perubahan adalah sesuatu yang mustahil
  1. Berani Introspeksi
Setelah kita berani berubah, proses selanjutnya adalah berani introspeksi. Seorang pemimpin harus mampu melihat diri sendiri sebelum mencoba melihat orang lain. Dengan melihat diri sendiri terlebih dahulu, kita akan lebih mudah dan tahu darimana kita akan memulai.
  1. Berani Beda
Seorang pemimpin harus berani “tampil” beda. Ini sangat berguna untuk menghasilkan sesuatu yang baru sehingga kepemimpinannya akan lebih terasa.
  1. Berani Mendengar
Menilai bahwa pendapatnya paling benar adalah salah. Pemimpin yang baik berani mendengar saran dan kritik dari orang-orang yang dia pimpin. Karena dalam hal ini, dia bukan memimpin dirinya sendiri. Tapi sebelum memimpin orang lain, belajarlah untuk memimpin diri sendiri
  1. Berani Berkorban
No sacrifice, no victory!!! Untuk mencapai sebuah kemenangan, kita perlu berkorban. Seorang pemimpin harus berani berkorban. Berkorban apa saja, bahkan juga nyawa.
  1. Berani Melangkah
Put It In to Action! Kita telah memiliki beberapa keberanian, yang paling akhir adalah keberanian untuk melakukan. Ya, tanpa ada aksi dan tindakan, semua hanya omong kosong. Dan perubahan tidak akan pernah terjadi.

PENTINGNYA KEPEMIMPINAN

           
Hal yang paling mendasar dalam pentingnya sebuah kepemimpinan adalah dengan adanya kepemimpinan, seorang pemimpin mampu melakukan sebuah perubahan dengan hasil yang lebih maksimal dibandingkan tanpa adanya kepemimpinan.

MORE THAN WORDS....


          “Hal tersulit dalam memimpin adalah bekerja dengan orang”

          “Seorang pemimpin harus dapat mengumpulkan orang-orang pandai dari berbagai disiplin dan keahlian dan membuat mereka bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama”

          “Di dalam diri setiap prajurit ada seorang pahlawan. Merupakan tugas pemimpin untuk mengeluarkan pahlawan yang hidup dalam dirinya masing-masing”

            “Para pemimpin menghadapi tantangan yang ditakuti orang lain”

            “Kebesaran seorang pemimpin diuktu dari besarnya tugas yang menjadi tanggungjawabnya”

            “Kepemimpinan bukan kontes popularitas. Pemimpin menginspirasi orang lain untuk menjadi pemimpin”.

SECUIL ARTIKEL TENTANG....


Memulai Sebuah Perubahan

Kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan potensi kita untuk memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan kesalahan, keburukan,maupun kelalaian. Namun, ternyata sikap kita yang kita anggap kebaikan itu tidak efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah.

Banyak orang yang menginginkan orang lain berubah, tapi ternyata yang diinginkannya itu tak kunjung terwujud. Kita sering melihat orang yang menginginkan Indonesia berubah. Tapi, pada saat yang bersamaan,ternyata keluarganya 'babak belur', di kantor sendiri tak disukai, di lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Itu namanya terlampau muluk.

Jangankan mengubah Indonesia, mengubah anaknya saja tidak mampu. Banyak yang menginginkan situasi negara berubah, tapi kenapa merubah sikap istri saja tidak sanggup. Jawabnya adalah: kita tidak pernah punya waktu yang memadai untuk bersungguh-sungguh mengubah diri sendiri. Tentu saja, jawaban ini tidak mutlak benar. Tapi jawaban ini perlu diingat baik-baik.
Siapa pun yang bercita-cita besar, rahasianya adalah perubahan diri sendiri. Ingin mengubah Indonesia, caranya ubah saja diri sendiri. Betapapun kuatnya keinginan kita untuk mengubah orang lain, tapi kalau tidak dimulai dari diri sendiri, semua itu menjadi hampa. Setiap keinginan mengubah hanya akan menjadi bahan tertawaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri. Orang di sekitar kita akan menyaksikan kesesuaian ucapan dengan tindakan kita.

              Boleh jadi orang yang banyak memikirkan diri sendiri itu dinilai egois. Pandangan itu ada benarnya jika kita memikirkan diri sendiri lalu hasilnya juga hanya untuk diri sendiri.Tapi yang dimaksud di sini adalah memikirkan diri sendiri, justru sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh untuk memperbaiki yang lebih luas.

             Perumpamaan yang lebih jelas untuk pandangan ini adalah seperti kita membangun pondasi untuk membuat rumah. Apalah artinya kita memikirkan dinding, memikirkan genteng, memikirkan tiang sehebat apa pun, kalau pondasinya tidak pernah kita bangun. Jadi yang merupakan titik kelemahan manusia adalah lemahnya kesungguhan untuk mengubah dirinya, yang diawali dengan keberanian melihat kekurangan diri.

              Pemimpin mana pun bakal jatuh terhina manakala tidak punya keberanian mengubah dirinya. Orang sukses manapun bakal rubuh kalau dia tidak punya keberanian untuk mengubah dirinya.Kata kuncinya adalah keberanian.Berani mengejek itu gampang, berani menghujat itu gampang, tapi, tidak sembarang orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri. Ini hanya milik orang-orang yang sukses sejati.

             Orang yang berani membuka kekurangan orang lain, itu biasa. Orang yang berani membincangkan orang lain, itu tidak istimewa. Sebab itu bisa dilakukan orang yang tidak punya apa-apa  sekali pun. Tapi, kalau ada  orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri, bertanya tentang  kekurangan itu secara sistematis,  lalu dia buat sistem untuk melihat kekurangan dirinya, inilah calon orang  besar.

               Mengubah diri dengan sadar, itu juga mengubah orang lain. Walaupun dia tidak  mengucap sepatah kata pun  untuk perubahan itu, perbuatannya sudah menjadi ucapan yang sangat berarti  bagi orang lain. Percayalah, kegigihan kita memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat  dan merasakannya.

                Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri tidak akan spontan  dirasakan. Tapi percayalah, itu  akan membekas dalam benak orang. Makin lama, bekas itu akan membuat orang  simpati dan terdorong untuk juga  melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini akan terus berimbas, dan akhirnya seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar.
 
             Jadi kalau ada orang yang bertanya tentang sulitnya mengubah anak, sulitnya  mengubah istri, jawabannya dalam diri orang itu sendiri. Jangan dulu menyalahkan orang lain, ketika mereka tidak mau berubah. Kalau kita sebagai ustadz, kyai, jangan banyak menyalahkan santrinya. Tanya dulu diri sendiri. Kalau kita sebagai pemimpin, jangan banyak menyalahkan karyawan, lihat dulu diri sendiri seperti apa.
 
               Kalau kita sebagai pemimpin negara, jangan banyak menyalahkan rakyatnya. Lebih baik para penyelenggara negara gigih memperbaiki diri sehingga bisa menjadi teladan. Insya Allah, walaupun tanpa banyak berkata, dia akan membuat perubahan cepat terasa, jika berani memperbaiki diri.Itu lebih baik dibanding banyak berkata, tapi tanpa keberanian menjadi suri teladan.Jangan terlalu banyak bicara. Lebih baik bersungguh-sungguh memperbaiki diri sendiri. Jadikan perkataan makin halus, sikap makin mulia, etos kerja makin sungguh-sungguh, ibadah kian tangguh. Ini akan disaksikan orang.

Membicarakan dalil itu suatu kebaikan. Tapi pembicaraan itu akan menjadi bumerang ketika perilaku kita tidak sesuai dengan dalil yang dibicarakan. Jauh lebih utama orang yang tidak berbicara dalil, tapi berbuat sesuai dalil. Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah menjadi bukti dalil tersebut.

Mudah-mudahan, kita bisa menjadi orang yang sadar bahwa kesuksesan diawali
dari keberanian melihat kekurangan diri sendiri. Amien.


“Lalu..., apa manfaat menjadi seorang pempimpin?”   jawabannya....
“Jadilah PEMIMPIN, maka kamu akan merasakan manfaatnya....!!!”

*dari berbagai sumber...

Disampaikan Oleh :
Andi Irfhana Ardhi
Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Angkatan 2009
0878 3941 0283 / 0857 2595 6035S

Horizontal Scroll: Motto Hidup : 
Ø Al-Insyiroh : 5-6
Ø “ Khoirunnasi ‘Anfauhum Linnas (Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang berguna untuk manusia yang lain)”
 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar